Komodo Jatuh Cinta (46) surat cinta
Backsound : Richard Marx - Right Here Waiting
Begitu keluar dari gerbang batalyon, mata gue langsung nangkep sosok familiar.
Nikita.
Berdiri di depan mobil Mercedes benz nya, sambil mainin amplop putih di tangannya.
Wajahnya datar. Tatapan matanya kayak gabungan antara pengacara yang mau nuntut dan emak-emak yang baru tahu tukang sayur langganannya kabur.
"Nih," katanya sambil nyodorin surat itu ke gue.
Gue melongo.
"Eh... itu... surat..." Gue mulai panik.
"IYA.. SURAT CINTA UNTUK Y A N I T A ."
Dia sengaja ngomong keras. SAMPAI KODOK DI RAWA IKUT NENGOK.
Nikita mulai baca surat gue :
----
Yanita...
Aku menulis ini bukan untuk menyalahkan siapa pun,
bukan juga untuk berharap kamu kembali menghubungi ku lagi, bercerita lagi....
Aku hanya ingin kamu tahu, di tengah semua kehilangan ini,
aku masih di sini.
Masih memegang janjiku,
masih mencintaimu seperti dulu, bahkan mungkin lebih dalam dari yang pernah aku kira.
Aku sering bertanya pada diri sendiri,
apakah kesetiaan yang tidak dihargai tetap layak diperjuangkan?
Tapi hatiku selalu menjawab: iya...
Karena mencintaimu bukan tentang balasan,
tapi tentang tetap memilihmu, bahkan saat dunia memaksaku untuk melupakan mu.
Sekarang, saat kmu sudah memberikan hatimu untuk master catur itu..
aku sadar...
Aku tidak pernah benar-benar memiliki apa pun darimu,
kecuali kenangan — yang perlahan jadi satu-satunya alasan aku bertahan.
Entah kamu sadari atau tidak,
tahta itu... tempatmu di hatiku...
tidak akan pernah bisa dihuni oleh siapa pun.
Ia tetap kosong. Meskipun sudah banyak wanita yg berusaha keras untuk mengisi nya
Seperti bangku taman yang terus menunggu seseorang yang tak pernah kembali.
Aku mencintaimu, Nita.
Mencintaimu dalam diam.
Mencintaimu dalam kehilangan.
Mencintai mu dalam rasa sakit yg mendalam.
Mencintaimu bahkan saat tahu, bahwa setiap langkahmu kini menjauh dariku.
Kalau takdir mempertemukan kita lagi suatu hari nanti,
Aku ingin menjadi pemilik hatimu selamanya.. Hidup berdua bersamamu dan anak-anak kita yg cakep-cakep.
aku ingin kau tahu...
bahwa tidak ada satu hari pun aku berhenti memanggil namamu dalam doa.
Meskipun kadang aku harus pura-pura lupa,
padahal di dalam, aku hancur perlahan.
Aku...
hanya ingin kau bahagia, Nita.
Meskipun itu berarti aku harus belajar bahagia... tanpamu.
Selamanya,
Ade.
----
Gue langsung mau ambil, tapi dia malah ngangkat tinggi-tinggi kayak mau lempar frisbee.
"Boy yang nemuin di bawah bantal kamu," lanjut Nikita, matanya nyipit licik. "Dia pikir ini brosur diskon All You Can Eat. Pas dia buka, malah nemu curhatan orang patah hati."
Gue pegang kepala. "Boy... kenapa sih hidup gue nggak bisa normal kayak orang lain."
Pas gue nengok ke belakang, Boy lagi melambaikan tangan sambil teriak,
"SEMANGAT BRO!! SEMANGAT MENCINTAI DALAM DIAM!!"
Di tangan Boy, entah kenapa ada bendera bertuliskan "LOVE WINS."
Nikita mendesah. "Yaudah, buruan. Jemput Nita kan?"
Gue bingung. "Lo ikut?"
"Iya lah. Gue mau liat... pertarungan cinta lo," kata dia sambil pasang pose kungfu absurd.
Gue tarik napas panjang. Ini bakal jadi perjalanan terpanik sepanjang hidup gue.
---
09.00 pagi - Dalam mobil
Gue nyetir. Nikita duduk di samping pasang muka cemburu level tertinggi. Boy? Entah gimana caranya, dia nongkrong di jok belakang sambil makan peyek.
"Aduh, sumpah... kenapa Boy ikut?" bisik gue ke Nikita.
Nikita senyum nyebelin. "Dia bodyguard cinta kita. Dia udah janji bakal nyemangatin cinta kita berdua."
Dari belakang, Boy tiba-tiba nyanyi:
" Wherever you go, whatever you do
I will be right here waiting for youWhatever it takes or how my heart breaksI will be right here waiting for you ~~"
Gue: nahan nangis sambil nyetir.
Nikita ketawa ngakak, sampe megang dashboard buat tahan diri.
"Boy...," kata gue pelan, "Kalo lo gak berhenti nyanyi, gue berhenti di pinggir jalan dan gue bakal sedot ubun-ubun lo kayak kuyang gagal diet."
Boy langsung diam. Tapi lima detik kemudian, dia bisik-bisik kayak komentator bola:
"Ade mendekati garis finish. Apakah cinta sejatinya akan kembali? Atau malah kena kartu merah?"
Gue garuk kepala. Mau nabrak tiang, tapi sayang mobil nya Mercedes benz.
---
09.30 - Bandara
Gue parkir. Jantung gue kayak lagi lari maraton.
Nikita ngelirik gue, sambil bisik, "Ingat, pangeran. Cinta itu kayak misi militer. Harus fokus. Jangan sampai ketahuan kalo deg-degan."
Boy dari belakang menimpali, "ATAU KENA LEDAKAN HATI!"
Gue cuma bisa ngelus dada.
Ini... bakal jadi hari paling absurd dalam sejarah hidup gue.
---
TO BE CONTINUED...
Posting Komentar