Komodo Jatuh Cinta( 49) Joker
Beberapa hari setelah penyergapan yang gagal, markas sementara Kompi VII dibangun di tengah hutan perbatasan. Tenda-tenda loreng berdiri di antara pohon pinus, antena radio menjulang, dan aroma kopi sachet menggantung di udara dingin pagi.
Gue lagi duduk di kursi lipat sambil ngelap sepatu pakai tisu basah. Prada Randi nyamperin dengan map baru.
“Sersan. Kami temukan jejak ban motor trail di bukit utara. Diduga itu jalur kabur Joker.”
Gue angguk serius.
“Bagus. Biar gue cek langsung. Bawa drone, bawa GPS, dan bawa... bawa gorengan kalau bisa. Perjalanan panjang butuh suplai moral.”
Kopral Botak datang dari dapur lapangan.
“Sersan... gorengan tinggal tahu isi.”
“Cocok. Hidup itu memang penuh kejutan, kayak tahu isi.”
---
Operasi Jejak Badut
Gue, Prada Randi, Kopral Botak, dan Pratu Angri naik motor trail menuju bukit utara. Suasana hening, hanya suara ranting terinjak dan knalpot motor.
Gue ngomong lewat radio:
“Tim Alfa ke Markas, kita sudah di koordinat Bravo Tiga. Medan agak terjal. Kalau kami gak kembali dalam 4 jam... artinya sinyal hilang. Jangan langsung sedih, bisa jadi kita lagi rebahan.”
Di tengah jalan, Pratu Angri nemu sisa bungkus ciki.
“Sersan, ini... ciki rasa cumi bakar. Spesifik banget.”
Gue: “Itu dia... Joker emang punya selera aneh.”
---
Posko Rahasia Joker
Kami nemuin bangunan tua bekas pos pemantau. Di dalamnya: kabel berserakan, sisa-sisa peralatan, dan... sebuah boneka badut berdiri di pojok ruangan.
Kopral Botak nahan napas.
“Sersan... itu boneka hidup bukan sih?”
Gue deketin, cekek bonekanya pelan.
“Tenang. Dia gak bakal nyerang... kecuali lo hutang janji ultah anaknya.”
Tiba-tiba! Dari balik dinding palsu... Bom Flash Meledak!
BLAM!!
Kita semua kaget. Telinga berdenging. Saat asap mulai hilang, suara musik terdengar pelan...
“Mak lemak lemak... Mak lemak lemak...”
Suara biduan yg kayak lagi di jambak pak ustad itu menggema dan mengganggu sinyal radio kami.
Gue langsung tiarap sambil narik Randi.
“SIAP TEMPUR! JOKER ADA DI SINI!”
---
Pertempuran Singkat Tapi Heboh
Peluru kembali beterbangan. Penjaga Joker muncul dari balik jendela, atap, dan bahkan lemari.
Gue sambil tiarap, ngomong:
“Gue paham sekarang... kenapa dia dinamain Joker. Soalnya setiap serangannya kayak prank tapi nyakitin.”
Gue bales tembakan. Kopral Botak nutup pintu dengan badan. Pratu Angri nembak dari balik ember cat.
Randi: “Sersan! Mereka bawa pelontar granat!”
Gue lempar helm ke arah musuh, lalu lari nyamping:
“Plan B! Pecah formasi! Formasi jenggot Walid !”
Kopral Botak: “Itu gak ada di manual Tentara!”
Gue: “Gue juga baru bikin tadi!”
---
Joker Kabur Lagi... Tapi Meninggalkan Jejak
Setelah duel sengit, Joker lagi-lagi kabur. Tapi kali ini, dia ninggalin tablet kecil di atas meja. Ada rekaman.
Joker (di layar): “Kalian hebat. Tapi belum cukup cepat. Tunggu aku di kota lama, gudang gula. Dan Sersan Ade... kamu lucu, tapi jangan ke-PD-an. Aku tetep lebih ganteng.”
Gue cengengesan.“Wah... gue di-roasting sama teroris sekaligus mantan tentara terbaik nih. . Kapan lagi.”
---
Kembali ke Markas
Di tenda intelijen, Kolonel Guntur nonton rekaman dari tablet.
“Kita makin dekat. Tapi Joker bukan penjahat biasa. Dia... bekas bagian dari kita. Dia tahu semua sistem.”
Gue berdiri tegak.
“Izin bicara, Komandan.”
Kolonel: “Silakan, Sersan Ade.”
Gue: “Izinkan saya dan tim mengejar dia ke gudang gula. Tapi... kali ini, saya juga minta tambahan pasukan. Dan... kalau bisa, kopi yang beneran, bukan kopi sachet rasa mantan ngajak balikan.”
Kolonel senyum tipis.
“Diterima. Tapi jangan terlalu banyak ngebanyol di medan tempur sersan”
Gue: “Siap, Pak. Tapi saya serius: ngebanyol itu bagian dari strategi. Musuh ketawa, fokusnya buyar. Kita tembak.”
---
To be continued...
Posting Komentar