. Komodo jatuh cinta 59 (weekend nikita)

Komodo jatuh cinta 59 (weekend nikita)

Daftar Isi



Pov nikita 

 Akhirnya... giliran gue.

Setelah seminggu cuma ngeliat dari kejauhan, sekarang kesempatan itu jatuh ke tangan gue. Alphard gue nunggu di depan rumah Ade, dan begitu dia keluar dengan kaos hitam polos dan celana jeans sobek-sobek, gue senyum miring.

“Lo bawa Alphard?” katanya, setengah kaget.

“Ya iyalah. Gimana mau jemput calon suami kalau nggak serius?” jawab gue santai. Ade cuma garuk-garuk kepala, tapi mukanya merah.

Di dalam mobil, gue sengaja pelan-pelan narik tangannya, biar dia tahu, ini bukan sekedar jemputan biasa. Ini kode keras dari Nikita yang nggak sabaran.

---

Sampai di hotel bintang lima, gue udah siapin semuanya. Suite room dengan view kota yang bikin speechless, dan... bioskop pribadi. Gue booking khusus cuma buat kita berdua. Filmnya? Terserah dia, asal dia di samping gue.

Pas film mulai, suasana makin syahdu. Gue miring sedikit, tangan gue pelan-pelan nyusup ke tangannya. Dia sempet kaget, tapi nggak narik. Gue makin nekat, nyenderin kepala gue di pundaknya. Ade diem... tapi gue bisa rasain napasnya mulai berat.

Sampai akhirnya, film selesai, gue noleh ke dia.

“De...” bisik gue. “Gue serius. Lo ngerti kan?”

Dia cuma diem. Nggak jawab.

Gue nggak nunggu. Tangan gue narik leher kaosnya, mata gue nembus matanya, dan... bibir gue nempel di bibirnya. Hangat. Deg-degan. Lidah gue mulai nyari... dan dia... diem.

Tapi nggak nolak.

Gue peluk makin erat. Ade sempet gelagapan, tapi lama-lama dia ngerespon juga. Tangan dia nangkep pinggang gue, ngebales ciuman gue yang makin intens. Gue dorong dia pelan-pelan sampai kita rebahan di sofa suite room itu.

Dan malam itu... terjadi.

Gue yang agresif. Gue yang narik dia, gue yang pimpin. Gue pengen dia tahu... gue bukan sekadar cewek absurd yang suka croissant. Gue pengen dia lihat... Nikita yang lain. Nikita yang serius sama dia.

Sampai akhirnya... kita lelah ciuman. Nafas masih tersengal. Dia cuma diem, nggak ngomong apa-apa. Gue peluk dia, cium keningnya.

“Gue serius sama lo, De...” bisik gue sekali lagi.

Ade diem... tapi dia nggak narik diri. Dia cuma... nahan napas.

Dan gue tahu... ini belum selesai.

Kita masuk ke suite room. Pintu kebuka... dan Ade bengong.


Di dalam, kamar udah gue siapin. Bunga mawar merah tabur di lantai, di ranjang ada kelopak mawar yang bentuknya hati. Di meja kecil, ada lilin aroma terapi yang bikin ruangan hangat banget. Di dinding, lampu-lampu remang nyala redup. Playlist jazz romantis gue putar pelan-pelan.

Gue berdiri di belakang Ade, pelan-pelan narik tangannya biar dia masuk lebih dalam ke kamar. Gue bisik di telinganya, "Lo suka?"

Dia nggak jawab. Cuma diem, kayak bingung harus gimana. Tangannya mulai gemetar. Gue bisa rasain degup jantung dia.

---

Gue berdiri di depannya, pegang kedua tangannya.

"Ade..." Gue pandang matanya dalam-dalam. "Gue nggak cuma suka lo. Gue sayang... banget."

Dia diem. Nunduk. Nafasnya berat.

Gue nggak nunggu dia jawab. Malam ini... gue pengen dia ngerti semua rasa yang gue tahan selama ini. Gue pelan-pelan narik wajahnya, bibir gue nyari bibirnya, dan... cium dia.

Ciuman itu makin lama makin dalam. Lidah gue terus menari . gue dorong dia pelan-pelan ke kasur. Gue bisa rasain tangannya gemetar, tapi dia nggak nolak. Gue peluk dia erat, dada gue nempel di dadanya.

"De... malam ini gue pengen lo... sepenuhnya."

Gue liat dia. Matanya merah, kayak bingung, kayak panik... tapi ada rasa yang nggak bisa dia bohongin. Dia diem, tapi nggak nolak pas gue lepas satu-satu kancing bajunya. Gue isa rasain badannya bergetar.

Gue bisik di telinganya, "Gue sayang lo...virgin ini cuma buat lo."

Ade masih diem. Cuma napasnya makin berat.

Gue berhenti sejenak, ngelus pipinya, nyium keningnya. Dia mulai pegang tangan gue, pelan-pelan, kayak nggak mau lepasin.

Dan akhirnya... malam itu... kita saling lepasin semua.

Mata gue basah, jantung gue deg-degan. Baru ini gue liat bentuk badan ade yang selalu keliatan gagah.Gue tahu... malam itu gue mutusin untuk ngasih semuanya ke Ade. Bukan cuma cinta, tapi juga... hal paling berharga yang gue simpen selama ini.

Malam itu... kita jadi satu.


---


[Sabtu Pagi]

Gue bangun, liat Ade yang masih tidur di samping gue. Mukanya tenang, rambutnya agak berantakan. Gue usap pelan pipinya, cium pipinya, bibir gue masih hangat ngerasain ciuman semalam. Gue peluk dia dari belakang, bisik pelan di telinganya...

"Thank you, De... udah jadi cowok gue, bener-bener... sekarang lo milik gue."

Dia cuma ngulet sambil senyum kecil, nggak ngomong apa-apa.

Dan gue tahu... hari Sabtu ini belum selesai. Gue bakal bikin dia makin nggak bisa lepas dari gue.

---


To be confused 🗿

Posting Komentar