Komodo jatuh cinta eps 68 (hard opsio)
Sirene markas meraung kencang. Semua prajurit siaga satu. Helikopter mulai terbang rendah. Komandan teriak di HT, “Semua perimeter diamankan! Jangan biarkan Joker lolos ke pemukiman!”
Gue lari ke ruang taktis sambil nahan emosi. Di belakang, Nikita ikutan lari... tapi tetap pakai heels, jadi bunyinya tok tok tok kayak countdown kematian.
“Nik, lo harus pulang. Sekarang juga. Minta supir bawa lo langsung ke rumah. Jangan kemana-mana!”
“Aku gak mau!” katanya sambil jalan cepat. “Kamu bilang aku target utama, jadi aku harus deket sama kamu. Aku trauma! Aku butuh pengamanan tingkat tinggi!”
“Nik, kamu bukan Menteri. Kamu mantan!”
“Dan calon istri!” bentaknya, matanya merah. “Terserah kamu cinta sama siapa. Tapi malam itu kita udah... ya kamu tau! Jangan bikin aku nyesel ngasih semuanya! Pokok nya kita nikah titik.”
Gue nutup mata, pusing. Dan seolah belum cukup...
DORRR!!!
Suara tembakan dari luar markas. Semua orang refleks tiarap.
“INI GAWAT! ADA LEDAKAN DI POS SELATAN!!” suara HT meledak.
...
RUANG TAKTIS – 3 MENIT KEMUDIAN
Komandan nyuruh semua personel bersenjata aktif. Gue dikasih senapan serbu dan rompi anti peluru.
“Target kita satu: JOKER! Kalau perlu, lumpuhkan! Tapi jangan sampai dia nyentuh warga sipil!”
Gue angguk. Tapi sebelum gue keluar, satu perwira datang tergopoh-gopoh:
“Sersan Ade! Kami dapet info dari satelit! Joker terakhir terlihat... mendekati kompleks jl. Gatot kaca ”
Gue kaget. “Jalan gatot kaca?!”
Itu... tempat rumah Mutiah.
Langsung gue lepas safety senjata.
Lari. Gak mikir.
...
DI JALAN – DALAM MOBIL MILITER
Nikita duduk di sebelah gue. Gak mau turun. Dia malah buka make-up pouch sambil dandan.
“Ini kenapa kamu dandan?” tanya gue sambil nyetir ngebut.
“Kalau aku mati... aku mau mati dalam keadaan glowing,” katanya, mantap.
Gue ngelus dada.
“Lo tau gak, yang paling bikin gue pusing dari semua ini bukan Joker, bukan peluru, tapi kamu.”
Dia senyum. “Bagus. Berarti aku masih ada di kepala kamu.”
---
RUMAH MUTIAH – MALAM HARI
Suasana mencekam. Jalanan sepi. Gue dan tim taktis udah keliling, tapi belum nemu Joker.
Gue dorong pintu rumah Mutiah.
Gelap. Gak ada suara.
“Nggak ada siapa-siapa?” bisik Nikita.
Gue masuk pelan. Jantung gue deg-degan.
Tiba-tiba...
“BRUK!”
Sesuatu jatuh dari atap. Gue refleks ngarahin senapan.
Dari balik bayangan...
Muncul sosok pakai topeng badut.
JOKER.
“Wah wah... Sersan Adeputera. Lama tak jumpa,” katanya dengan suara berat.
“JOKER! ANGKAT TANGAN!” gue teriak sambil arahin senapan.
“Tenang, aku gak bawa bom... hari ini. Tapi aku bawa sesuatu yang lebih berbahaya…”
Dari balik tubuhnya...
Mutiah ditarik keluar.
Tangannya diikat. Mulutnya dibekap.
Mata gue langsung panas.
“Nyeret cewek? Katanya lo mantan tentara, tapi kok makin pengecut?”
“Cewek ini,” kata Joker, “yang katanya jago strategi. Yang bikin aku gagal waktu itu. Dia dan kamu... bikin hidupku hancur. Tapi sekarang... giliran gue.”
Gue mundur pelan. Cari sudut tembak.
Tapi tiba-tiba…
NIKITA MAJU KE DEPAN.
“HEY BADUT ANEH!” teriaknya. “Itu bukan dia yang bikin mobil lo nyemplung ke empang! ITU AKU! AKU YANG LUPA NARO KUNCI MOTOR! Jadi mobil lo banting stir dan nyebur ke empang”
Gue: 😳
Mutiah: 😱
Joker: 😐
Nikita: 😤
Joker kaget. “HAH?! JADI SELAMA INI... AKU GAGAL BUKAN KARENA STRATEGI MEREKA?!”
“ENGGAK! KARENA AKU BEGO!” teriak Nikita bangga. “AKU LUPA KUNCI DI JOK!!”
Gue diem. Mulut gue kaku.
Joker... bengong. Literally diam lima detik. Terus dia lepas topeng.
“Waduh... gue selama ini dendam ke orang yang salah??”
Nikita ngangguk. “Iya. Dan lo jahat banget lo, masa bawa-bawa Mutiah. Dia itu calon istri orang.”
Mutiah: “Heh?!”
Gue: “EH??!”
Joker diem, terus duduk. Kayak orang kehilangan arah.
“Gue selama ini... dendam ke strategi. Tapi ternyata gue cuma kalah sama kelupaan kunci motor?”
Dia garuk-garuk kepala. “Gue nyerah.”
Gue langsung maju, borgol dia.
Pasang zip tie.
Mutiah gue lepasin.
Dan... semua orang diem.
Gue, Nikita, Mutiah, Joker.
Empat manusia.
Empat masalah.
Satu ruang kos.
Dan satu realita:
Hidup gue makin absurd.
TO BE CONTINUED...
Posting Komentar