. G-F58WFYGPSM Komodo jatuh cinta eps 71 (ALLIED)

Komodo jatuh cinta eps 71 (ALLIED)

Table of Contents


Gue gas motor tanpa ragu. Dalam kepala cuma satu hal: “Kalau negara gak bisa bantu... gue harus cari jalan sendiri.”


Sampai di rumah kontrakan Pratu Fery.

Lampu halaman nyala terang. Suara teriakan dan tepuk tangan terdengar.


Mereka main PS, bola.


“GOOOOOOLLLL! CRISTIANOO HAT TRICK WOYYY!! SIUUUU"


Gue turun motor, buka helm.

Langkah gue berat tapi pasti.


Kopral Ari:

“Lho, Sersan?! Kok tumben malem-malem ke sini?”


Gue:

“Matikan PS-nya.”


Semua langsung diem. Langsung sikap siap. 


Pratu Fery (tegang):

“i-izin bertanya ada... masalah ya, Sersan?”


Gue pandang satu per satu mereka. Ada lima orang, tim inti regu gue: Ari, Fery, Anjas, Guntur, sama Rifki.


Gue:

“Gue butuh bantuan kalian. Ini gak resmi. Gak legal. Tapi ini soal nyawa. Nikita diculik Joker.”


Guntur:

“Joker? Yang hampir ngebom stadion Dangdut Nasional?”


Gue:

“Yup. Dan militer gak mau ikut campur. Gue disuruh diam. Tapi gue gak bisa diem.”


Semua saling pandang.

Mereka ragu. Tegang.


Pratu Rifki:

“Sersan... ini bisa bikin kita dipecat.”


Gue:

“Gue tahu. Tapi kalau kita diem, kita bukan tentara. Kita cuma... ornamen seragam doang.”


Suasana makin serius. Dan sialnya…


RINGGGG RINGGGG!!!

HP Pratu Fery bunyi.


“Telfon dari: KAPTEN NOVI.”


Semua langsung tegang.

Fery angkat pake loudspeaker.

***

SUARA KAPTEN NOVI – DINGIN DAN TAJAM


 “Sersan Adeputera. Saya tahu kamu sedang coba bikin tim bayangan. Saya peringatkan terakhir kalinya…”


“Satu langkah lagi, dan kamu bukan hanya kehilangan karier. Kamu akan dipecat tidak hormat.”


“Dan teman-temanmu? Mereka akan ikut tenggelam bersamamu. Pikirkan keluarga mereka.”



Semua anggota langsung diem.

Guntur mulai lepas stick PS.

Rifki narik napas berat.

Anjas berdiri, tatap gue lama.

Lalu bilang pelan:


“Maaf, Sersan... saya gak bisa. Saya punya anak istri.”


Kopral Ari:

“Kita semua pengen bantu, tapi ini... terlalu berisiko sersan..”


Gue ngangguk pelan.

“Gapapa. Kalian udah cukup berani dengerin.”


Gue keluar dari sana… sendiri.

***


RUMAH GUE – BEBERAPA MENIT KEMUDIAN


Gue masuk rumah, lepas jaket.


Dan di ruang tamu...


Seseorang udah duduk di sofa, kaki naik ke meja.

Badan nya tegap, kulit nya sawo gelap. 

Kacamata hitam, jaket kulit, tangan kanan megang botol susu beruang.


“Lo telat.”


Gue:

“Lo siapa?”


Dia berdiri pelan. Lempar botol ke tempat sampah — meleset.


“Nama gue Rangga. Ajudan khusus dari Bapak Nikita. Gue mantan polisi khusus teror. Dulu gue pecat karena... ya... suka minggat.”


Gue (angkat alis):

“Minggat?”


Rangga:

“Dari TK. SD. SMP. SMA. Dan pas jadi polisi. Gue gak suka tekanan. Tapi gue jago.”


Gue:

“Gue gak suka polisi.”


Rangga (mendekat):

“Gue juga gak suka tentara. Apalagi yang sok ganteng.”


Gue:

“Gue gak sok. Gue emang ganteng.”


Rangga:

“Pacar gue dulu direbut tentara.”


Gue:

“Mungkin karena tentara gak minggat waktu pacaran.”


Tatapan tajam. Dua-duanya udah kayak Tom & Jerry berdiplomasi.


Gue pegang pistol, Rangga reflek buka jaket belakang dan nunjukin pistol juga (legal). Siap siaga.

Rangga:

“Gue disuruh bantuin lo. Tapi jangan kira gue nurut.”


Gue:

“Gue minta waktu. Sampai besok malam. Gue punya satu orang lagi yang harus gue temuin.”


Rangga:

“Fine. Tapi jangan drama. Gue alergi cowok baper.”


Gue:

“Santai aja. Gue juga alergi cowok minggat.”


***


MALAMNYA – VC SAMA MUTHIAH


Gue udah di kasur, mata merem setengah. Tiba-tiba...


HP BUNYI.

Video Call dari: Muthiah 🐣💖


Gue angkat.


Gue:

“Assalamu—”


Mutiah (langsung ngomel):

“Kanda...!!! Kamu kemana lagi?! Kamu capek-capekin diri, terus diem-diem, terus... bikin aku mikir kamu nyusul Joker buat temenan!”


Gue ketawa pelan.

“Temenan ama Joker? Dia gak lucu. Dia kayak... tukang parkir toxic.”


Mutiah:

“Aku sedih... Kanda serius gak mau berhenti dari semua ini?”


Gue:

“Serius.”


Mutiah (mata berkaca-kaca):

“Kenapa sih...? Kenapa gak bisa hidup normal aja? Bangun pagi, sarapan bareng, ngeluh soal cucian... Kanda cari kerja yang lain kan bisa, kenapa harus di militer? Please kanda”


Gue:

“Karena... aku bukan orang biasa, Mut.”


Mutiah:

“Tapi aku cuma butuh yang biasa. Biasa peluk aku. Biasa ketawa bareng. Biasa nemenin aku ke Indomaret pas mau beli mi instan jam 1 pagi.”


Gue:

“Aku janji. Begitu semua ini selesai... aku akan jadi biasa.”


Mutiah:

“Biasa aja gak cukup. Aku mau kamu jadi suami.”


Gue (diam sebentar, lalu senyum):

“Deal. Tapi nanti Indomie-nya jangan yang kuah doang. Kita coba yang goreng campur kuah, biar absurd.”


Mutiah ketawa sambil sesenggukan.

“Aku kangen kamu kanda.”


Gue:

“Gue juga. Besok, gue mulai pergerakan. Doain aku. Tapi yang lebih penting... jangan khawatir. Aku akan pulang. Buat kamu.. "



Stay tuned on Komodo jatuh cinta 

To becontinue

Posting Komentar