Komodo jatuh cinta eps 79
SCENE: TOY KIDS – RUANG TAWANAN
Boy masuk ruang gelap dengan penuh percaya diri. Musik latar mulai mellow — kombinasi antara soundtrack Naruto pas flashback dan suara derit pintu.
Boy:
(dalam hati)
“Ini dia... suara tangisan itu... suara Nikita... Gue yakin.”
Dia mendekat, cahaya merambat ke arah sel tokoh wanita yang diikat.
Boy:
“Nikita... gue dateng.”
Suara tangis terdengar makin jelas...
Yanita (nyaut, bete):
“Ini NITA, bukan NIKITA! Boy tolol!”
Boy (kaget):
“Lah!? KTP lo beda satu huruf doang, jangan marah napa...”
Tiba-tiba, dari kejauhan terdengar suara Hardi disiksa.
---
SCENE: RUANG SIKSA JOKER
Hardi diikat ke kursi, dengan dua penjaga di kanan-kiri. Salah satu dari mereka pegang bulu ayam.
Penjaga 1:
“Ngaku... siapa yang lo kontak sebelum ketangkep?”
Hardi (ngakak):
“GUE GAK TAHAN!! AMPUN!! AMPUN!!”
Penjaga 2:
“Keteknya udah keringetan nih, gas lagi bro!”
Penjaga 1:
“Yang ini kakinya... Bismillah yaa…”
Hardi:
“AHAHAHA! GUE NGAKU! GUE CUMA MAU BAPERIN YANITA DOANG!! AAAAA!!!”
---
KEMBALI KE BOY DAN YANITA
Boy ngendap-ngendap ke rak kunci, gaya-gaya ninja. Dia geser kursi pelan-pelan...
Boy (dalam hati):
“Oke... pelan-pelan, jangan sampe—”
KREK!
Rak kunci goyang, jatohin satu gantungan...
Penjaga 3 (di belakang):
“LU MAU NGAPAIN, BADUT KECIL?!”
Boy (panik):
“E... e... gue cuma... ikut lomba panjat pinang buat anak yatim?”
Langsung ditangkap. Sepatu badut copot satu.
Yanita:
“NIAT NYELAMATIN AJA KAGAK TUNTAS, WOY!!”
---
SCENE: TIM GUE DI LAPANGAN
Pasukan gue dapet laporan via HT:
Pasukan A:
“Sir, unknown movement detected. Possible enemy squad, north quadrant.”
Gue (via HT, Inggris sok bule):
“Stay low, don’t engage yet. Confirm visuals. Maintain perimeter!”
Iwang:
“Bro! Gue udah masuk CCTV musuh!”
Layar laptop Iwang nunjukin lokasi Nikita, di dalam bunker rahasia, dijaga 4 orang bersenjata.
Rangga:
“Waktunya kita joget di atas nyawa musuh.”
---
SCENE: TEMBAK-TEMBAKAN HEBAT
Kami bertiga dan pasukan elite mulai serangan. Peluru beterbangan. Teriakan, ledakan, dan suara orang ngeyel satu-satu terdengar jelas.
Gue:
“Sniper cover left! Bravo unit masuk dari pintu darurat! RANGGA, JANGAN MAIN TIKTOK!”
Rangga (sambil nembak):
“Itu bukan TikTok, bro. Itu... slow motion buat story.”
.
.
SCENE: KEJEBBAK DALAM BUNKER
Kami masuk... tapi BOOM!
Pintu belakang otomatis terkunci. HT mati total.
Iwang (panik):
“Eh... eh... gue tadi salah pencet tombol blackout HT!”
Gue:
“LO KENAPA NYETEL MODE TEATER DI LAPTOP!!??”
Penjahat muncul dari kegelapan, salah satu dari mereka pake topeng setengah terbuka. Matanya dingin.
Rangga:
“Gue kenal dia... itu Mayor Damas... mantan instruktur taktik.”
Damas:
“Ade... sekarang gantian gue yang jadi pelatih... dan lo jadi boneka latihan.”
Gue (dalam hati):
“Yah... mati gaya.”
Pertarungan dahsyat terjadi. Damas dengan mudah mengunci gerakan gue. Rangga tertembak di bahu kanan.
Iwang dilempar ke kursi lipat dan pingsan pas mukanya kena bantal tokoh Upin.
Gue dihajar sampai jatuh, kesadaran hampir hilang...
---
SCENE: DALAM GELAP – SENTUHAN YANG MENGOBATI
Dalam gelap...
Tangan halus menyentuh wajah gue.
Suara tangis pelan terdengar.
Nikita (menangis):
“Ade... kenapa kamu selalu milih jadi pahlawan... meskipun tau kamu bisa mati?”
Gue (pelan):
“Karena gue janji... gue bakal jagain kamu... meskipun dunia ngajak gue berantem.”
Nikita melepas sebagian gaunnya, robek bagian bawahnya buat ngelap darah gue.
Dia balut luka di pelipis dan pundak gue.
Nikita:
“Aku gak peduli soal Joker, soal misi, atau apapun... aku cuma pengen kamu balik... utuh.”
Gue (tersenyum, masih pingsan setengah sadar):
“Gue balik... tapi boleh minta teh anget dulu gak?”
Posting Komentar