Komodo Jatuh Cinta eps 96
Gue baru bangun, badan masih pegel-pegel bekas “SmackDown Pijet” kemarin.
Suasana pagi keliatan tenang. Tapi itu cuma ilusi optik. Karena begitu dokter buka pintu, suasana langsung kayak mau perang dingin versi cinta.
Nikita sama Mutiah. Muka mereka senyum, tapi auranya Naruto vs Sasuke Final Battle.
Di meja ada nampan penuh obat sama gelas air putih. Gue langsung curiga.
Gue (panik, suara pelan):
“Ya Allah… jangan bilang hari ini lomba nyuapin obat…”
Dokter (senyum profesional):
“Selamat pagi, pasien Ade. Hari ini kita kontrol luka—”
Nikita langsung motong, buka map pink isi kertas warna-warni.
“Sebentar, Dok. Saya cuma mau bacain surat cinta buat pasien dulu.”
Mutiah (narik napas panjang, buka amplop cokelat):
“Kalau gitu, izinkan saya juga. Surat ini sudah saya tulis sejak malam hujan tiga tahun lalu.”
Boy yang duduk di pojokan langsung teriak:
“Woiii! Ini dokter, bukan juri Indonesian Idol!!”
Yanita (nyengir, sambil nyatet):
“Tapi seru juga, Boy. Gue jadiin konten TikTok aja deh.”
[ADEGAN 1 – SURAT NIKITA]
Nikita (drama mode on, suaranya lembut tapi ngancam):
“Sayangku Ade… dari pertama aku liat kamu di bawah hujan waktu itu, aku tau… cuma aku yang cocok ngelap kamu pake handuk hotel bintang lima.”
Gue (mendadak bingung):
“Handuk hotel? Kita ketemu di parkiran bandara, Nik—”
Nikita:
“SSSTT! Itu detail yang nggak penting!”
Dia lanjut bacain suratnya penuh emosi, tapi suaranya naik turun kayak lagu sinetron.
“Kalau cinta adalah penyakit, biarlah aku jadi vaksinnya…”
Dokter (garuk kepala):
“Uh… ini kontrol luka atau konsultasi cinta, ya?”
[ADEGAN 2 – SURAT MUTHIAH]
Mutiah berdiri, suaranya kalem tapi nyentuh banget.
“Kanda Ade… aku nggak bisa ngelupain waktu kita masih SMP. Saat semua orang ngetawain, cuma kamu yang ngajarin aku cara nyebrang jalan tanpa takut ditabrak.”
Gue (senyum kikuk):
“Eh… iya, itu juga karena kamu nyebrang sambil merem.”
Mutiah (lanjut dengan mata berkaca):
“Kanda… kalau suatu hari kamu lupa siapa aku, cukup lihat bekas jahitan di tanganmu. Karena luka itu, aku yang jahit waktu kamu jatuh di rumah dulu…”
Semua diem. Suasana mellow. Bahkan Nikita sempat bengong.
Boy (pelan ke Yanita):
“Waduh, ini dalem banget, Yan. Gue hampir nangis.”
Yanita (nyengir):
“Sama. Tapi air mata gue malah keluar gara-gara debu cinta di ruangan ini.”
[ADEGAN 3 – CHAOS DIMULAI]
Nikita tiba-tiba tepuk tangan.
“Wah, bagus banget Mut. Tapi sayang, cowok itu nggak butuh jahitan luka. Dia butuh jahitan hati, dan aku udah pesan tailor-nya.”
Mutiah (mendadak senyum tipis):
“Kalau soal hati, aku nggak perlu tailor. Aku yang tenun sendiri, pake doa tiap malam.”
Dokter (panik):
“OKE SUDAH, cukup! Tekanan darah pasien bisa naik!”
Gue (teriak):
“UDAH DOK! TOLONG GANTI INFUS, BUKAN GANTI STATUS CINTA!”
Boy ngakak sampe hampir kepleset:
“WKWKWK FIX, DRAMA INI LEBIH RAME DARI SINETRON SUAMI-SUAMI TERJEPIT!”
[ENDING – KAMAR VIP]
Setelah semua hening, Nikita & Mutiah akhirnya duduk di dua sisi ranjang gue, sama-sama masih nyengir tapi capek.
Gue (hela napas):
“Boleh nggak besok gak usah lomba dulu? Gue takut besok lombanya donor darah tinggi.”
Mutiah (senyum lembut):
“Kalau donor, aku siap, Kanda…”
Nikita (malah nyengir sinis):
“Aku juga siap, tapi darahku O+, cocok buat cinta universal.”
Boy (teriak dari luar):
“WKWKWKWK! COCOK BUAT DRAMA UNIVERSAL!”
Kamera pelan zoom out.
Gue diapit dua cewek, satu mellow, satu meledak-ledak.
Dokter nunduk pasrah, suster ngibrit lagi.
Tulisan muncul pelan:
“Love War: Surat Cinta dan Infus Rasa.”
To be continued…
Posting Komentar